Sabtu, 05 September 2009

Kenapa Begini Kenapa Begitu

Kenapa begini kenapa begitu
ingin ini ngin itu banyak sekali...

Baru sadar ternyata banyak banget hal indah yang sering luput untuk kita syukuri. Yang paling nyata adalah kesehatan. Saya baru mengerti tempo hari ketika bertemu dengan seorang teman yang sedang sakit. Sudah lewat satu semester penyakitnya tak kunjung sembuh juga. Virus-virus jahat itu telah melumpuhkan otaknya, perlahan tapi pasti. Kadang saya juga berpikir bagaimana mungkin manusia sebesar itu bisa kalah oleh makhluk yang besarnya nggak sampe satu milimikron. Yang jelas virus itu sudah berkembang di dalam otak dan mengakibatkan infeksi. Akibatnya dia kesulitan mengontrol anggota tubuhnya. Sulit bergerak,berjalan bahkan untuk mengobrol yang biasanya dapat kita lakukan dengan mudah dalam kondisi normal adalah kegiatan yang berat dan melelahkan buatnya.

Virus-virus itu datang suatu hari tanpa peringatan tanpa pertanda. Berdiam di sana,berkembangbiak lalu menyerang tanpa ampun ketika prajurit kekebalan tubuh sedang lengah. Dia datang juga bukan akibat kesalahan dari si penderita. Bukan, virus itu tidak datang karena kemauan teman saya melainkan dari seekor atau entah berekor-ekor kucing. Sedangkan dia samasekali tidak menyukai hewan berkaki empat dan berbulu halus itu. Kucing tetangga,katanya. Dan virusnya bernama toxoplasma...

Virus mengakibatkan penyakit dan penyakit mengantarkan pada ketidakberdayaan. Teman saya itu makin kehilangan keseimbangan tubuhnya. Kuliah terpaksa ditinggalkan. Padahal secara akademis dirinya termasuk dalam kategori diatas rata-rata. Serangan virus itu juga merenggut keceriaan yang selama ini selalu lekat dalam dirinya. Teman-teman dan sahabat yang semula selalu ada di sampingnya kini entah kemana. Mungkin karena yang sehat dinamis dan masih dapat terus berjalan sedangkan yang sakit hanya bisa statis tanpa perubahan. (Dalam hal ini saya percaya kepentingan individu yang selalu ingin memuaskan diri kadang lupa dengan rasa simpati pada orang disekitarnya. Atau bisa juga kesibukanlah yang banyak menyita waktu kita sampai kita lupa untuk menyisihkan waktu untuk orang lain. Jujur saya juga sering mengalaminya)

Ah siapa yang bisa menolong? Sore kemarin dia datang di sebuah acara buka bersama dan konser amal yang diadakan oleh kampus kami. Keadaannya tidak menjadi lebih baik bahkan tangan dan beberapa anggota badannya mulai tremor (bergetar hebat diluar kendali). Tapi dibalik itu semua satu hal yang tidak mungkin akan dilupakan orang yang telah mengenal dia, yaitu dia tidak pernah berhenti tersenyum. Dia selalu tersenyum kepada siapa saja seakan penyakit itu tidak punya arti buatnya. Dia juga begitu ramah dan berempati pada siapapun--meski dia yang harusnya lebih butuh empati itu. Dan semua itu diberikannya tulus tanpa mengharap kembali.

Senyum dan sedikit sisa keceriaan itu yang masih sama seperti yang dulu, dua tahun yang lalu,waktu saya mengenalnya sebagai mahasiswa baru...

Andai saya bisa, saya akan mengusir virus-virus itu. Lalu menarik mundur waktu yang telah berlalu dan mengembalikan teman saya itu seperti dulu...

Sejenak saya tersadar, jika jalan tiap manusia tidaklah sama. Yang perlu kita lakukan adalah mensyukuri setiap langkah yang telah diberikan pada kita, menuju jalan yang akan membawa kita entah kemana.

Saat ini adalah bersyukur... Apapun itu..

Astaghfirullah, betapa sering saya mengeluh dan mengumpat segala hal yang tidak sempurna yang terjadi dalam hidup saya padahal di luar sana ada lebih banyak orang yang tidak beruntung dan mereka tidak berputus asa karenanya...

Semoga teman saya itu lekas diberi kesembuhan dan penyakit ini tidak membuatnya berhenti untuk bersyukur. Dan alhamdulillah,saya masih diberi kesehatan sampai saat ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan berkomentar